Hakekat Mahasiswa
Perkembangan jaman yang makin pesat membuat tuntutan hidup yang semakin tinggi. Ada yang berbicara bahwa inilah tuntutan globalisasi, yang katanya era pembaharuan lebih baik, ternyata menjadi candu tiap orang di seluruh dunia. Tak terkecuali mahasiswa. Kita dihadapkan pada suatu jaman yang harus bisa menghadapi tantangan apa saja. Dari mulai teknologi, ekonomi sampai dengan embel – embel tantangan masa depan. Mahasiswa sebagai pemuda mulai terkikis identitasnya atau lebih ke arah lost identity. Jiwa - jiwa muda tak dapat lagi menopang tugas mahasiswa sebagai anggota masyarakat. Yang banyak kita lihat dengan mata kepala sendiri ialah banyaknya pemuda yang 'memodernisasi' dirinya sendiri. Dalam artian diksi yang salah, di mana yang diperbaharui cuma penampilannya saja. Appeariance, cerminan di mana degradasi moral mulai terbangun di sini. Memperbaharui baju - baju baru yang bermerk, sepatu - sepatu yang mahal sampai gadget yang multifungsi dan multicanggih.
Pada saat mahasiswa dihadapkan pada politik, mereka ternyata mengerti panjang lebar, sampai hal - hal yang detail. Tapi apa? mereka cuma tahu saja, tidak bergerak atau tergerak. Tahapan mahasiswa pada tingkat skeptis memberikan kesan yang sok tahu, sok pintar, sok paham dan lainnya. Mahasiswa akan berbicara seperti itupun pada saat tertentu saja. mungkin di depan dosen, kajur atau orang bodoh sekalipun. ironis memang, sikap kapitallisme dengan sub sikap oportunis mulai tampak. Mengambil kesempatan sebagai jembatan emas mereka. Berkaca dari oportunis kaum muda tadi, saya pribadi merasakan kegelisahan mendalam selama ini. Pemuda yang seharusnya memiliki sifat pemberani, kritis, dan radikal sudah kehilangan giginya. Ompong sudah generasi sekarang. Kita sering lupa pada hakekat mahasiswa, yaitu menjadi pelayan masyarakat yang setia ( minimal teman sendiri ). Dalam beberapa kasus, ditemukan segelintir mahasiswa perguruan tinggi negeri ternama yang tak mampu melunasi uang kuliahnya. Tapi? Di mana teman - teman " seperjuangannya " saat itu? Jikalau memakai jas almamater, membawa buku tebal dan berangkat ke kampus; kita merasa bangga, , hebat, keren dan berbagai perasaan senang lainnya. Apalah gunanya itu semua jika kita membantu teman sendiri saja tak bisa. itu menjadi big question mark bagi kita semua. ada apa dengan kita?
Oleh : Bima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar