Selasa, 23 Desember 2008

Rakyat miskin dilarang pintar 2

Rakyat miskin dilarang pintar 2


Rakyat Indonesia, bagaikan seekor ayam yang mati di lumbung padi” bagaimana tidak, dari sembako, BBM, Listrik dan semua kebutuhan hidup sekian hari sekian mahal, tidak dapat disangkal lagi semua itu sangatlah sulit untuk dijangkau rakyat miskin yang kurang mampu di bangsa ini. Ironis memang, ketika pendidikan tak mau lagi bersahabat dengan kita, liarnya SPL dan mahalnya biaya kuliah di kampus yang pernah mendapat predikat “Kampusnya wong cilik” sudah cukup untuk membuat orang tua yang kebetulan buah hatinya ingin pintar mulai menjerit, mereka sampai kerja ekstra keras banting tulang (tak ada lagi daging untuk dibanting), peras keringat bahkan darah demi putra-putri tercintanya.

Padahal kalau kita sadari dan mau itung itungan satu tambang milik asing yang ada di negeri tercinta Indonesia yang selama ini menguras habis habisan sumber daya alam kita, ambil contoh Exxon mobil oil (USA) dengan keuntungan sekian trilyun itu dapat menggeratiskan biaya kuliah mahasiswa seluruh Indonesia. Itu hanya Exxon mobil oil, belum lagi perusahaan Migas lain seperti British petroleum (Inggris raya), Shell (Belanda), Cevron Texaco Caltex (USA), dll. Katakanlah itu hanya perusahaan tambang Migas, belum lagi disektor industri ekstraktif enam TNCs yaitu; Rio tinto Ltd, Newmont mining corporation, Newcrast minig Ltd, Inco Ltd, Freeport MC moran copper dan Gold Inc. melalui anak perusahaan dan afiliasinya yang berbasis di Australia, singapura, USA dan kanada menguasai dan mengendalikan hampir seluruh sektor pertambangan baik itu Emas, perak, nikel, tembaga, batu bara dll, apa itu semua belum cukup? Masih pantaskah orang tua kita menjerit? Sekian banyak deretan sektor-sektor industri yang bila penguasaannya disentralisir oleh Negara kemudian hasilnya untuk kesejahteraan rakyat yang akhirnya mampu menuntun Indonesia kearah Negara yang lebih baik serta maju.

Sebenarnya bangsa kita mampu menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera, segala akses yang dibutuhkan rakyat dapat terpenuhi seperti; mendapatkan pelayanan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis. Itu semua tidak mustahil dengan adanya keberanian pemerintah untuk menasionalisasikan semua industri pertambangan yang telah dikuasai oleh pemodal asing. Dengan begitu orang tua kita tidak lagi susah-susah banting tulang dan sebagainya untuk mendanai biaya pendidikan buah hatinya di bangku sekolah maupun bangku perkuliahan. Berarti tidak ada lagi istilah “Rakyat miskin dilarang pintar”, “Rakyat miskin dilarang sakit”, apalagi pepatah sang maestro “Bagai ayam yang mati di lumbung padi”. FF.

* Oleh; Fahruddin Fitriya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar